Mahasiswa Miskin Dilarang Wisuda !!

posting kiriman by : madha

image
“…pendidikan akan menindas dan dalam batas-batas tertentu justru menjadi tempat “onani sosial” para intelektual untuk mengukuhkan kemapanan mereka.”
-Nur Kholik Ridwan-


Suatu pagi hari kira-kira pukul 14.30, waktu yang biasa dipakai kelas dosen dan “mahasiswa profesional” untuk tidur, seorang pengajar bergelar Prof. Dr. Drs. DLLAJR datang ke kosku. “selamat siang Mas Sam!” “Selamat siang juga Prof.!” Aku terkejut saat tahu siapa yang datang. Sambil mengenakan baju kupersilahkan beliau masuk. Saat itu aku sedang mengetik proposal penelitian teman. “ada apa ni Prof, Kok tumben menyempatkan sowan ketempat saya?” “begini…,” dengan gaya bicaranya yang tegas dan ringkas nampaknya ia ingin segera menyampaikan maksudnya, “tadi saya baru selesai memimpin rapat tentang agenda wisuda bulan depan. Nah, kesimpulan penting yang ingin saya sampaikan pada Mas adalah bahwa mahasiswa miskin tidak diperkenankan mengikuti wisuda, kecuali dapat membayar semua biaya administrasi yang telah ditentukan. Dengan tenang tanpa rasa terkejut dan tanpa ekspresi aku menjawab datar, “Oh ya, Prof, saya janji tidak akan ikut atau mencoba mendaftar wisuda sampai saya menjadi kaya. “ jawabku tanpa ekspresi blass. “ Tolong kalo ada wisuda lagi, SMS- saya Prof!”

----------------------

Teman-teman kosku terbahak-bahak saat kuceritakan cerpen ini. Dagelan yang tidak lucu, tapi itulah kenyataan yang dihadapi Mas Sam. Tesis sudah selesai dengan hasil yang baik dan layak diterbitkan menjadi buku agar kontribusi pemikirannya dibaca masyarakat. Semua orang sudah mengetahui kesungguhan dan kemampuan intelektualnya dalam menempuh pendidikan formal apalagi dikalangan aktivis “Omeks”. Sayang ada satu hal yang mengganjal, ia tidak punya uang untuk membayar SPP dan administrasi wisuda. Para seniorpun sangat sedikit yang peduli. Betapa mewahnya sekolahan di negeri ini. Kalau jamannya Kartini hanya kaum ningrat saja yang bisa sekolah, sekarang hanya kaum berduit saja yang boleh menyewa dosen-dosen untuk menceramahi teori-teori.

Itulah makanya banyak negara yang mempunyai alokasi anggaran untuk pendidikan yang cukup tinggi. Sebab pendidikan sudah seharusnya menjadi tanggungan negara. semoga anggaran 20 % yang akan di janjikan pemerintah tahun depan,b isa segera dikucurkan!! Tanpa ijazah, sering seseorang tidak mendapat pengakuan di masyarakat dan juyga dunia kerja. Sementara banyak juga orang yang bergelar, tidak punya kapasistas intelektual yang layak. Tetapi ketika menjabat sebagai seorang dosen misalnya, ia bisa seenaknya saja mencabik-cabik skripsi Mahasiswa yang dibimbingnya tanpa disertai alasan yang rinci. Yang hari ini disalahkan besoknya di benarkan, dan esoknya disalahkan lagi. Beberapa teman dibikin frustasi dan hampir putus asa oleh dosen pembimbing yang “gila” model begini. Ya, “gila”, karena haus kekuasaan memonopoli kebenaran. Kekuasaan yang berpatokan pada kalimat The King can do no wrong. Memang tidak adil menyalahkan begitu saja dosen jelek. Gaji yang sedikit , rumah hanya dinas dan bisa digusur sewaktu-waktu, gaya hidup kota yang semakin hedonis, pembimbing disertasinya yang juga bikin frustasi, bisa jadi untuk menumpahkan “kekejaman” struktural. Dan masih banyak lagi faktor yang unik. Bukankah setiap pribadi itu unik, tidak ada yang sama persis bahkan sepasang kembar identik-pun. Ah, sudahlah Masa kuliah begituan sih masa lalu.

Dan orang kampusan yang tahu teori dan mengajarkan yang ndakik-ndakik saja masih doyan dengan feodalisme dan apalagi borjuisme, disini lebih keras lagi kurasa tiupan angin kekuasaan itu. Yang jelas sekali kekuasaan uang. Kalau tidak pandai-pandai memaknai kenyataan-kenyataan, mau belajar menjadi manusia yang meditatif. Sepertinya benar apa yang dikatakan “Iwan Fals” bahwa kenyataan itu pahit. Karena bukan saja mahasiswa miskin saja yang yang dilarang wisuda, tapi kenyataan seakan mau bicara, orang miskin dilarang bicara dan bahagia, Tragis!

Tulisan ini kuangkat atas saran Mas Sam sebagi pelaku sejarah atas kisah nyata. Kepadanya kuucapkan terima kasih karena aku telah belajar sesuatu tanpa harus nggetih

Postingan ini ku dedikasikan untuk nawak-nawak ayas (Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya n Universitas Njember) yang akhir-akhir bulan ini di tahun ini juga akan menjalani ritual wisuda. Selamat, semoga ilmu yang diperoleh menjadi berkah, Amin!.

5 comments:

rofiana mengatakan...

bagus juga

Kang Romly mengatakan...

bagus buat renungan ...keep posting gan......

RZ Hakim mengatakan...

Ingat jaman pas wisuda. Soalnya saya juga 'sengaja' nggak ikut wisuda. Nggak punya kenangan seremonial itu sama sekali. Yang ada cuma selembar kertas. Kata orang, itu namanya ijasah. Mahal lagi bergengsi. Padahal, dikasihkan ke ayam aja nggak mau,,hehe..Salam Kenal Reeeekkk;

Anonim mengatakan...

Jember online resource for life’s challanges & Discover the expert.
http://ejember.com

Fathur Roziqin mengatakan...

Mampir di blog receh ku yok

Posting Komentar

daftar kbj
sumbang

Chatt KBJ


Free chat widget @ ShoutMix